Selasa, 01 Januari 2013

Mari bersihkan hati dari buruk sangka
Abu Muhammad Herman



Terkadang Syaitan membisikkan ke dalam hati kita, bahwa si Fulan atau Fulanah bermaksud riya' dengan tulisan atau perkataannya, padahal belum tentu si Fulan atau Fulanah bermaksud riya'.

Fawaid yang pernah ana dapat dari paklik Hasan Al-Jaizy di salah satu status FB-nya:

من الإمكان أن تظنه مرائيا وهو لا يقصده

"Bisa saja kamu mengiranya (berbuat) riya', sedangkan (sebenarnya) ia tidak bermaksud riya" 

Mari bersihkan hati dari buruk sangka




  • Hendaklah kita ketahui, pada saat kita berpikir bahwa si Fulan atau Fulanah riya', di saat itu pula kita lupa untuk mengkoreksi diri sendiri dengan pertanyaan:

    "Sudahkah diriku berkata dan beramal dengan ikhlas?"
    Di saat yang sama, kita bisa tergelincir kepada sifat ujub, yaitu merasa diri lebih baik (merasa sudah ikhlas), padahal As-Suusi rahimahullah pernah berkata:
    الإِخْلاَصُ فَقْدُ رُؤْيَةِ الإِخْلاَصِ، فَإِنَّ مَنْ شَاهَدَ فِي إخْلاَصِهِ الإِخْلاَصَ فَقَدْ احْتَاجَ إِخْلاَصُهُ إِلَى إِخْلاَصٍ
    "Ikhlas adalah hilangnya perasaan memandang bahwa diri sudah ikhlas, karena barang siapa yang melihat tatkala dia sudah ikhlas bahwasanya ia adalah seorang yang ikhlas maka keikhlasannya tersebut butuh pada keikhlasan." (Tazkiyatun Nufuus, 4)
    "Keikhlasan merupakan amalan hati, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, bahkan terkadang seseorang MERASA DIRINYA TELAH IKHLAS namun ternyata ia tidak ikhlas, bahkan ternyata ia telah terjangkiti penyakit riya' tanpa ia sadari. Oleh karenanya seorang muslim hendaknya senantiasa mengecek kondisi relung- relung hatinya pada lubuk hatinya yang paling dalam." (Ustadz Firanda hafizhahullah).
    Senada dengan ini adalah perkataan Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah tentang zuhud:
    "Sesungguhnya mengklaim (menganggap) diri sendiri sebagai orang yang zuhud, JUSTRU MENGELUARKAN DIRIMU DARI KEZUHUDAN. Karena dengan cara itu, KAMU TELAH MENARIK PUJIAN DAN SANJUNGAN UNTUK DIRIMU (memuji diri sendiri)." (Shifatush Shafwah, IV/137. Dikutip dari "Sudah Salafikah Akhlak Anda?", Pustaka At-Tibyan, Solo)
  • Menganggap si Fulan atau Fulanah berbuat riya', termasuk buruk sangka. Padahal Allah Ta'ala telah mengingatkan melalui firman-Nya:
    اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
    "Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa." (Al-Hujuraat: 12)
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ
    "Hati-hatilah kalian terhadap prasangka."
    Prasangka dalam hadits ini sifatnya umum, mencakup perkataan maupun perbuatan saudaramu. Lebih lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذّبُ الْحَدِيْثِ
    "Karena sesungguhnya PRASANGKA adalah BERITA YANG PALING DUSTA." [HR. Bukhari (6066) dan Muslim (2563)]
    Ini adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa prasangka adalah berita yang paling dusta YANG TERDAPAT DALAM HATIMU.
    Jika jiwamu yang ada dalam dirimu memberi kabar kepadamu dengan persangkaan-persangkaan, ketahuilah bahwa hal itu merupakan berita yang paling dusta. Jika demikian, maka hak saudaramu atas dirimu adalah ENGKAU TIDAK BERPRASANGKA KEPADANYA KECUALI PRASANGKA YANG BAIK dan engkau jauhi prasangka yang buruk terhadapnya.
    Karena itu, prasangka buruk merupakan dosa bagi pelakunya. Dia berdosa karena telah menyelisihi hukum asal seorang muslim. Maksudnya, hukum asal seorang muslim adalah taat kepada Allah. Maka tatkala ia berprasangka buruk terhadap saudaranya muslim, berarti dia telah menuduh bahwa saudaranya tersebut tidak taat, sehingga ia telah mengeluarkan saudaranya tadi dari hukum asal seorang muslim.
    Oleh karena itu, prasangka buruk adalah pekerjaan sia-sia yang pelakunya tidak mendapatkan apa-apa darinya, bahkan malah bisa mengantarkannya ke lembah dosa.
    Bakr bin Abdillah Al-Muzani berkata (sebagaimana disebutkan dalam As-Siyar (IV/535) dan biografi beliau dalam Tahdzib At-Tahdzib):
    إِيَّاكَ مِنَ الْكَلاَمِ مَا إِنْ أَصَبْتَِ فِيْهِ لمْ تُؤْجَرْ وَإِنْ أَخْطَأْتَ فِيْهِ أَثِمْتَ وَهُوَ سُوْءُ الظَّنِّ بِأَخِيْكَ
    "Waspadalah engkau dari perkataan (prasangka) yang jika perkataanmu itu benar maka engkau tidak mendapat pahala, tetapi jika perkataanmu itu tidak benar maka engkau berdosa, yaitu prasangka buruk kepada saudaramu."
    Yassarallah lanal khaira haitsuma kunna...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar