Sudah seharusnya bagi seorang muslim untuk memiliki rasa harap (raja’)
dan takut (khauf) dalam dirinya. Yaitu senantiasa berharap atas rahmat
Allah dan tidak berputus asa darinya, dan senantiasa takut akan
datangnya adzab dan siksa Allah ta’ala. Bagaimana selayaknya
menyeimbangkan antara kadar harap (raja’) dan takut (khauf) pada diri
seseorang? Berikut uraian singkat mengenai masalah tersebut. -dinukil
dari Buku Mutiara Faidah Kitab Tauhid -
Jika seseorang
berada dalam keadaan sehat, lapang, dan rajin dalam beramal shalih, maka
semestinya kadar keduanya (harap dan takut) dijaga kesimbangannya.
Allah berfirman, “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan
kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’
kepada Kami.” (QS. Al Anbiya’: 90)
Jika dalam keadaan sehat
dan lapang, namun selalu berbuat maksiat kepada Allah, maka semestinya
kadar takutnya lebih ditinggikan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
“Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang
hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka
sesungguhnya itu adalah istidaj.” (HR. Ahmad)
Jika dalam
keadaan menghadapi kematian (dalam keadaan kesulitan), maka semestinya
kadar harapnya lebih ditinggikan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
“Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan
berprasangka baik kepada Allah ‘azaa wa jalla.” (HR. Muslim). Wallaahu
a’lam. [Disusun oleh Raksaka Indra]
Sumber: Rahmat Allah Mendahului Murka-Nya*
status fb~ NChan
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al Anbiya’: 90)
Jika dalam keadaan sehat dan lapang, namun selalu berbuat maksiat kepada Allah, maka semestinya kadar takutnya lebih ditinggikan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidaj.” (HR. Ahmad)
Jika dalam keadaan menghadapi kematian (dalam keadaan kesulitan), maka semestinya kadar harapnya lebih ditinggikan. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah ‘azaa wa jalla.” (HR. Muslim). Wallaahu a’lam. [Disusun oleh Raksaka Indra]
Sumber: Rahmat Allah Mendahului Murka-Nya*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar