> KETIKA ROKOK MEMPENGARUHI AQIDAH <
Sebut saja namanya Ustad A, sambil mengepit rokok dengan 2 bibirnya ia
menyodorkan bungkus rokok tersebut yang masih tersisa beberapa batang
kepadaku, "Rokok?" tawarnya . "Tidak" ujarku
"Kenapa, Haram ya?",
"Rokok menimbulkan banyak penyakit" jawabku,
"Hmm..padahal sakit dan kematian itu di tangan Allah!"
Aku tertegun, terdiam ,heran melihat fenomena yang baru saja
terjadi,bagaimana sebuah batang kecil yang tidak lebih dari 9 centi
tersebut mampu merubah pola pemikiran seseorang dalam sekian detik.
Keheranan ini bukan tanpa alasan, ustad A merupakan seorang guru
sekaligus mahasiswa.Beliau acap kali terdengar memberikan motivasi
kepada murid muridnya agar selalu semangat belajar demi tergapainya
kesuksesan jangka pendek yaitu sukses dalam ujian dan sukses jangka
panjang yaitu sukses dunia dan akhirat tentunya.
Hal ini
berbanding terbalik dengan apa yang beliau lakukan terhadap konsep sakit
karena merokok, dalam kasus rokok beliau menafikan sebab sedangkan
dalam kasus belajar beliau mewajibkan untuk mengambil sebab.Kenapa
beliau tidak mengatakan " yang belajar silahkan yang tidak belajar juga
tidak apa apa karena tidak naik kelas itu di tangan Allah".
Begitu pula kehidupan sang ustad menjelang ujian perkuliahan, terlihat
beberapa saat asyik dengan literatur yang diberikan oleh dosen, kenapa
mesti mengambil sebab yaitu belajar?
Atau jikalau datang
seseorang hendak menggores urat nadi sang ustad dengan silet akankah
sang ustad berkata "silahkan, sakit dan kematian ditangan Allah" atau
sang ustad akan mengelak dan menolak?
yang lainnya, jika ada
atap yang terlihat akan roboh akankah sang ustad bersantai dibawahnya ,
atau menghindar dari tempat tersebut karena takut tertimpa olehnya?
Entahlah, namun akal dan iman yang sehat tentu akan menolak orang yang
ingin mencederainya dan menghindari atap yang roboh, karena manusia
dipinta untuk berusaha. Layaknya Umar Radiyallahu 'anh yang berusaha
meninggalkan Syam karena saat itu negeri Syam terjangkit wabah tho'un .
"apakah engkau lari dari takdir?" ujar abu ubaidah , "ya" jawab 'umar "
lari dari takdir Allah menuju takdir Allah".lalu Sang amirul mu'minin
umar radiyallahu 'anhu memisalkan dengan seorang pengembala yang
menemukan 2 lahan, gersang dan yang satunya subur, tentu ia akan memilih
yang subur.(kisah lengkapnya dapat dilihat di Shohih al-Bukhori bab ma
yudzkar fie tho'un).
Takdir telah ditulis sebelum manusia
diciptakan namun beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti
meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena
dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih
memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu .
Dalil dari syariat, Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,
ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ مَئَابًا {39
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki,
niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’:39)
Sedangkan tentang kemampuan Makhluk, Allah menjelaskan :
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al
Baqoroh : 286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa
setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan.
Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan
sesuatu. Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan
kehendaknya (seperti berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa
kehendaknya, (seperti gemetar atau bernapas). Namun, kehendak maupun
kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la
karena Allah berfirman ,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang
lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali
apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29).
Dan karena semuanya adalah milik Allah maka tidak ada satu pun dari
milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya
Dengan ini terlihat jelas rokok membahayakan penikmatnya secara batin
tidak hanya lahir, maka tidak heran jika seorang penyair mensifati rokok
dengan "Tuhan sembilan senti".
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok
(penggalan dari puisi yang berjudul tuhan Sembilan senti oleh taufiq ismail)
Dan akhirnya Merokok Dapat Menyebabkan Kanker, Serangan jantung,
Impotensi, Dan Gangguan Kehamilan dan Janin dan MENYEBABKAN GANGGUAN
PADA AQIDAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar