Sabtu, 02 Juni 2012



ENAM HAL*


Seseorang tidak mendapat ilmu gara-gara enam hal,

Pertama : tidak bertanya.
Kedua   : tidak pandai diam dan tidak memasang pendengaran.
Ketiga    : pemahaman yang buruk.
Keempat: tidak hafal.
Kelima:
tidak menyebarkan dan mengajarkannya. Kalau orang menyimpan ilmunya dan tidak mengajarkannya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan membalasnya dengan menjadikan dia melupakan ilmunya. Ilmunya itu lenyap. Itulah balasan yang sepadan dengan kelakuannya. Dan ini fakta.

Keenam:
tidak mengamalkannya. Mengamalkan ilmu menjadikan seseorang mengingat dan memperhatikan ilmu itu. Bila tidak diamalkan, ilmu akan terlupakan.

Seorang salaf berkata,
"Kami menjaga hafalan akan ilmu dengan mengamalkannya."

Seorang salaf yang lain juga berkata,
"Ilmu memanggil seseorang untuk beramal. Jika ia penuhi panggilan itu, maka ilmu akan berdiam pada dirinya. Jika tidak, maka ilmu akan meninggalkannya."

*Kunci Kebahagiaan
Ibnu Qoyyim Al-Jaujiyyah


»̶๑☀๑«̶

Catatan :

"Ada orang yang tidak mendapatkan ilmu sebab tidak pandai diam. Ia lebih suka bicara dan adu mulut daripada diam. Ini adalah aib yang tersimpan dalam diri kebanyakan orang yang menuntut ilmu. Aib ini menghalangi ia mendapat banyak sekali ilmu meski pemahamannya bagus dan IQ-nya tinggi".

Seorang salaf, berkata, "Jika kamu berhadapan dengan seorang ulama, maka hendaknya kamu lebih suka mendengar daripada berbicara"

[Kunci Kebahagiaan : 320, Pustaka Akbar Media Eka Sarana; 2004.]


❥Pemahaman ýαηģ buruk maksudnya susah paham, kalaupun paham tapi bukan ýαηģ dimaksudkan. Maka, untuk menghindari salah paham, ikutilah pemahaman ýģ sudah terjamin diridhoi Allah, yaitu pemahaman salaf..
Wallahu a’lam bish-shawab..

https://www.facebook.com/Queenrana/posts/3783926010308

»̶๑☀๑«̶
Tiga Perkara Yang Dengannya Seorang Muslim Akan Selamat Dari Fitnah
Ketakwaan, dan Petunjuk Akan Apa Yang Diperselisihkan Berupa Kebenaran Dengan Seizin Allah

Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah berkata:

Harus bagi seorang muslim -terutama ketika terjadi fitnah yang membinasakan- memiliki ilmu yang bermanfaat yang akan menunjukinya, ketakwaan yang akan menjaganya, dan berusaha memilih al-haq yang akan menolongnya dan mencukupinya. Dan kami akan menyebutkan bagi masing-masing dari tiga perkara ini keterangan ringkas yang menjelaskannya.

Adapun ilmu:

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah baginya kebaikan maka Allah akan berikan pemahaman terhadap agama ini.”

Diriwayatkan oleh Al-Bukhary no. 71 dan Muslim no. 1037 dari Mu’awiyah -radhiyallahu ‘anhu-.

Ingatlah, bahwa termasuk sebaik-baik pemahaman terhadap agama ini adalah pemahaman yang benar ketika terjadi fitnah.

Adapun ketakwaan:

Allah telah berfirman,
يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, Allah akan menjdikan bagi kalian pembeda, dan akan menghapus dari kalian kesalahan-kesalahan kalian, dan akan mengampuni kalian. Dan Allah adalah pemilik keutamaan yang besar.” (Al-Anfal: 29)

Ibnul Mubarak meriwayatkan dalam kitabnya “Az-Zuhd” no. 1343 dan Al-Baihaqy dalam “Az-Zuhd” no. 965 dengan sanad yang shahih dari Bakr berkata: “Ketika terjadi fitnahnya Ibnu Asy’ats berkatalah Thalq: “Hindarilah fitnah tersebut dengan ketakwaan!” Bakr berkata: “Terangkan makna takwa kepada kami!” Dia berkata: “Ketakwaan adalah beramal ketaatan kepada Allah Ta’ala di atas cahaya Allah dan mengharap rahmat Allah, dan takwa adalah meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya Allah karena takut hukuman Allah.”.

Adapun usaha selalu memilih al-haq:

Imam Muslim meriwayatkan no. 770 dari Abu Salamah berkata:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَفْتَتِحُ صَلاَتَهُ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ قَالَتْ كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ « اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ »

“Aku bertanya kepada ‘Aisyah Ummul Mukminin -radhiyallahu ‘anha- dengan apakah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengawali shalatnya ketika shalat malam?” Dia berkata: “Beliau jika berdiri shalat malam, mengawali shalatnya dengan: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil Yang menciptakan langit dan bumi, Yang mengetahui hal yang ghaib dan yang terlihat. Engkaulah yang menghukumi antara hamba-hambamu dalam apa yang mereka perselisihkan, tunjukilah aku kepada kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjuki orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.”

Tidak ada yang mencelakakanmu wahai muslim jika engkau mengadu kepada Allah Ta’ala sebanyak mungkin agar Allah Ta’ala menunukimu kepada al-haq akan apa yang mereka perselisihkan dengan izin-Nya.

Diterjemahkan oleh:

‘Umar Al-Indunisy

Darul Hadits - Ma’bar, Yaman
..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar