10 Kiat Tegar Menghadapi Cobaan
Kamis, 11 Februari 2010 00:00 Muhammad Abduh Tuasikal Belajar Islam
Cobaan musibah dalam mengarungi kehidupan pasti seseorang akan mengalami
pasang surut. Kadang seseorang mendapatkan nikmat dan kadang pula
mendapatkan musibah atau cobaan. Semuanya datang silih berganti.
Kewajiban kita adalah bersabar ketika mendapati musibah dan bersyukur
ketika mendapatkan nikmat Allah. Berikut adalah beberapa kiat yang bisa
memudahkan seseorang dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan.
Pertama: Mengimani takdir ilahi
Setiap menghadapi cobaan hendaklah seseorang tahu bahwa setiap yang
Allah takdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi
pastilah terjadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”[1]
Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat
seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan,
“Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang
Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki
tidak akan terjadi.” [2]
Kedua: Yakinlah, ada hikmah di balik cobaan
Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki
pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui
atau tidak kita ketahui.[3] Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا
تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
“Maka apakah kamu
mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha
Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan
dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39)
Ketiga: Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa
Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sering
mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh orang-orang
musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah yang menimpa
beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi musibah kita
sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah seberapa.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي
“Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”[4]
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah
musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah
tersebut.”[5]
Keempat: Ketahuilah bahwa semakin kuat iman, memang akan semakin diuji
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ
عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ
وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا
يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ
مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya
dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi
agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula
ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan
kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan
hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”[6]
Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan ada kemudahan
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh:
6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para
sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”[7]
Keenam: Hadapilah cobaan dengan bersabar
'Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.
“Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh
karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang
tidak memiliki kesabaran.”[8]
Yang dimaksud dengan bersabar
adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota
badan dari perilaku emosional seperti menampar pipi dan merobek baju.[9]
Ketujuh: Bersabarlah di awal musibah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa
musibah.”[10] Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya
bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Kedelapan: Yakinlah bahwa pahala sabar begitu besar
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan, “Pahala
bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka
benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan,
“Balasan orang yang bersabar adalah surga.”[11]
Kesembilan: Ucapkanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un ...”
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam-
berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله
عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ
« مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى
خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ
خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ
كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ
لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
“Siapa
saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna
lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa
akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan
kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang
menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan
memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih
baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a
sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan
padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu
yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”[12]
Do'a yang
disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim
ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah,
dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.
Kesepuluh: Introspeksi diri
Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita
perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Maksudnya adalah
karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat.[13] Ibnu ‘Abbas
mengatakan, “Akan disegerakan siksaan bagi orang-orang beriman di dunia
disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat, dan dengan itu mereka tidak
disiksa (atau diperingan siksanya) di akhirat.”[14]
Semoga kiat-kiat ini semakin meneguhkan kita dalam menghadapi setiap cobaan dan ujian dari Allah.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com/
Diselesaikan di Pangukan-Sleman, 25 Shofar 1431 H
[1] HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash.
[2] Al Fawaid, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 94, Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, tahun 1425 H.
[3] Lihat Syarh ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Syaikh Muhammad bin
Sholih Al ‘Utsaimin, hal. 151-153, Maktabah Ash Shofaa, cetakan pertama,
tahun 1426 H.
[4] Shahih Al Jami', 5459, dari Al Qosim bin Muhammad. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[5] Disebutkan dalam Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu 'Abdil Barr, hal. 249, Mawqi' Al Waroq.
[6] HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783,
Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no.
3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[7] Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya. Lihat Tafsir Ath Thobari, 24/496, Dar Hijr.
[8] Bahjatul Majalis wa Ansul Majalis, Ibnu 'Abdil Barr, hal. 250, Mawqi' Al Waroq.
[9] Lihat ‘Uddatush Shobirin wa Zakhirotusy Syakirin, Ibnu Qayyim Al
Jauziyah, hal. 10, Dar At Turots, cetakan pertama, tahun 1410 H.
[10] HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik.
[11] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/117, Muassasah Qurthubah.
[12] HR. Muslim no. 918.
[13] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 12/280, Muassasah Quthubah.
[14] Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari dalam kitab tafsirnya. Lihat Tafsir Ath Thobari, 20/514
Tidak ada komentar:
Posting Komentar